WHAT'S NEW?
Loading...

ILMU DAN BAHASA

ILMU DAN BAHASA

Sumber Gambar: www.ilmubahasa.net

BAB I

PENDAHULUAN


A. Latar Belakang

Kemampuan berbahasa merupakan ciri khusus pada manusia. Manusia sebagai mahluk sosial, dalam kehidupannya sudah dapat dipastikan akan berhubungan dengan orang lain atau bermasyarakat yang memiliki kebutuhan sosial. Kebutuhan sosial adalah kebutuhan untuk menumbuhkan dan mempertahankan hubungan dengan orang lain dalam berinteraksi. Contohnya: kita ingin bergabung dan berhubungan dengan orang lain, kita ingin mengendalikan dan dikendalikan, dan kita ingin mencintai dan dicintai yang dapat dipenuhi dengan adanya komunikasi.

Manusia dapat berkomunikasi dengan baik melalui penguasaan dan penggunaan bahasa. Dimana bahasa merupakan faktor penting dalam kehidupan manusia sebagai makhluk sosial, karena manusia akan selalu membutuhkan orang lain dan tidak bisa hidup sendiri. Bahasa dijadikan alat untuk menyampaikan, mengekspresikan atau menjelaskan sesuatu yang dapat dimengerti atau dipahami oleh orang lain.

Bahasa yang digunakan merupakan suatu bukti kegiatan intelektual manusia. Manusia tidak akan mencapai puncak kedewasaannya sebagai mahluk yang rasional yang dapat dipisahkan dari keahliannya berbahasa. Sehingga manusia berbahasa sesuai dengan tingkat pengetahuan dan kemampuannya masing-masing.

Menurut Sunaryo (2000 : 6), ilmu tanpa adanya bahasa tidak dapat tumbuh dan berkembang. Selain itu bahasa memiliki kedudukan, fungsi, dan peran ganda, yaitu sebagai akar dan produk budaya yang sekaligus berfungsi sebagai sarana berpikir dan sarana pendukung pertumbuhan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Tanpa peran bahasa serupa itu, ilmu tidak akan dapat berkembang. Implikasinya di dalam pengembangan daya nalar, menjadikan bahasa sebagai prasarana berpikir modern. Oleh karena itu, jika cermat dalam menggunakan bahasa, kita akan cermat pula dalam berpikir karena bahasa merupakan cermin dari daya nalar (pikiran).

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk membahas dan memahami ilmu dan bahasa yang akan diuraikan dalam makalah ini dengan judul “ilmu dan bahasa”.

B. Rumusan Masalah

Dari uraian latar belakang di atas, dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:
Apa itu ilmu dan definisi ilmu?
Bagaimana asal usul bahasa?
Apa itu bahasa?
Apa sajakah karakteristik dari bahasa?
Bagaimana hubungan antara ilmu dan bahasa tersebut?
Bagaimana peran ilmu dan bahasa tersebut?

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Ilmu

Menurut kamus Besar Bahasa Indonesia, ilmu diartikan sebagai pengetahuan tentang suatu bidang yang disusun secara bersistem menurut metode tertentu, yang dapat digunakan untuk menerangkan gejala tertentu di bidang (pengetahuan) itu; atau pengetahuan atau kepandaian tentang soal duniawi, akhirat, lahir, batin, dan sebagainya. Dalam Wikipedia Indonesia, ilmu adalah seluruh usaha sadar untuk menyelidiki, menemukan dan meningkatkan pemahaman manusia dari berbagai segi kenyataan dalam alam manusia.

Selain itu, beberapa tokoh telah menuliskan definisi ilmu antara lain sebagai berikut :
Menurut Nazir(1988), Ilmu adalah pengetahuan yang bersifat umum dan sistematis, pengetahuan dari mana dapat disimpulkan dalil – dalil tertentu menurut kaidah – kaidah umum.
Menurut Shapere (1974), konsepsi ilmu pada dasarnya mencakup tiga hal yaitu adanya rasionalitas, dapat digeneralisasi dan dapat disistematisasi.
Menurut Schulz (1962), pengertian ilmu mencakup logika, adanya interpretasi subjektif dan konsistensi dengan realitas sosial.

Secara garis besar, ilmu merupakan suatu kumpulan proses dengan menggunakan suatu metode ilmiah yang menghasilkan suatu pengetahuan yang sistematis.

Secara etimologi, ilmu berasal dari kata “ilm” (Bahasa Arab), Science(Bahasa inggris) atau Scientia (Bahasa Latin)yang mengandung kata kerjascire yang berarti tahu atau mengetahui. Adapun perbedaan ilmu dengan pengetahuan. Kalau pengetahuan yang merupakan padan kata dariknowledge merupakan kumpulan fakta – fakta, sedangkan ilmu adalah pengetahuan ilmiah/sistematis. Kumpulan fakta – fakta tersebut merupakan bahan dasar dari suatu ilmu, sehingga pengetahuan belum dapat dikatakan sebagai ilmu, namun ilmu pasti merupakan pengetahuan.

Menurut John G. Kemeny, Ilmu merupakan semua pengetahuan yang dikumpulkan dengan metode ilmiah. Dari pernyataan tersebut jelas bahwa ilmu merupakan hasil/produk dari sebuah proses yang dibuat dengan menggunakan metode ilmiah sebagai suatu prosedur. Proses yang dilakukan untuk menghasilkan suatu ilmu bukan merupakan proses pengolahan semata tetapi merupakan suatu rangkaian aktivitas ilmiah/penelitian terhadap suatu hal yang dilakukan oleh sekelompok orang yang dikenal dengan istilah ilmuan (scientist) yang bersifat rasional, kognitif dan teleologis (memiliki tujuan yang jelas).

Secara lengkap menurut The Liang Gie, Definisi Ilmu adalah rangkaian aktivitas manusia yang rasional dan kognitif dengan metode berupa aneka prosedur dan tata langkah sehingga menghasilkan kumpulan pengetahuan yang sistematis mengenai gejala – gejala kealaman, kemasyarakatan, atau keorangan untuk tujuan mencapai kebenaran, memperoleh pemahaman, memberikan penjelasan ataupun melakukan penerapan (The Liang Gie, 130).

Suatu ilmu harus bersifat empiris (hasil dari panca indera/percobaan), sistematis (memeiliki keterkaitan yang teratur), objektif (bukan hasil prasangka), analitis dan verifikatif (bertujuan mencari kebenaran ilmiah). Ilmu memiliki pokok persoalan (objek) dan fokus perhatian. Sebagai contoh ilmu alam. Ilmu alam memiliki pokok persoalan terkait dengan alam dengan beberapa fokus perhatian seperti fisika, kimia, biologi, dan lain-lain.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa ilmu berbeda dengan pengetahuan. Pengetahuan merupakan kumpulan fakta yang merupakan bahan dari suatu ilmu, sedangkan ilmu adalah suatu kegiatan penelitian terhadap suatu gejala ataupun kondisi pada suatu bidang dengan menggunakan berbagai prosedur, cara, alat dan metode ilmiah lainnya guna menghasilkan suatu kebenaran ilmiah yang bersifat empiris, sistematis, objektif, analisis dan verifikatif.

B. Asal Mula Bahasa

Apabila kita menelusuri jejak kehidupan nenek moyang manusia di muka bumi sejak lima ratus ribu tahun yang silam, kita tidak pernah menemukan bukti-bukti langsung mengenai bahasa nenek moyang kita tersebut.

Cerita dari Mesir, bahwa sekitar abad ke-17 SM Raja Mesir Psammetichus mengadakan eksperimen terhadap bayi yang dibesarkan di hutan belantara dengan pola pengasuhan yang tanpa bersentuhan dengan pemakaian bahasa apapun. Setelah berusia dua tahun, bayi tersebut dilaporkan oleh pengasuh suruhan istana dapat mengucapkan kata pertamanya “becos” yang berarti “roti”, dalam bahasa Phrygia (bahasa Mesir kuno). Dan cerita ini, banyak orang Mesir yang mempercayai bahwa bahasa Mesirlah yang merupakan bahasa yang pertama dikuasai manusia, sekaligus diklaim sebagai bahasa yang pertama kali ada di muka bumi.

Dalam versi yang lain lagi, Goropus Becanus, seorang bangsa Belanda, mengemukakan pendapat bahwa bahasa yang dipergunakan oleh Adam adalah bahasa Belanda. Seorang filsuf Jerman, Leibniz mengemukakan pandangan bahwa semua bahas di dunia berasal dari bahasa Proto. Namun, baik pendapat Kemke, Goropus, maupun pendapat Leibniz tidak didukung oleh bukti bukti yang sahih, sehingga pendapat mereka dianggap sebagai hasil rekayasa imajinasi belaka.

Dengan kata lain, dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa upaya manusia yang pertama kali dalam menelusuni asal mula bahasa lebih bernuansa mitos karena tidak berdasar pada fakta dan teori yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.

Terdapat beberapa teori yang ada, bahwa bahasa bersumber dari Tuhan, bunyi alam, isyarat lisan, dan teori yang mendasarkan pada kemampuan manusia secara fisiologis.

Menurut pandangan yang menyebutkan bahwa bahasa bersumber dari Tuhan. Dalam kitab suci agama Islam misalnyaf disebutkan bahwa Adam sebagai manusia pertama yang diciptakan oleh Allah dengan berbagai kemampuan yang dibekalkan kepadanya, termasuk kemampuan berbahasa (Q.S. Al Baqarah: 31 dan Q.S. Ar-Rum: 22).

Akan tetapi, lain lagi jika menurut kisah ‘Kejadian’ (Injil, Kejadian 2:19) bahwa manusia diciptakan dalam imajinasi Tuhan dan kemampuan bahasa merupakan salah satu dari sifat manusia.

Dalam kebanyakan agama diyakini bahwa Tuhan melengkapi penciptaan manusia dengan bahasa. Namun, berbagai kisah dalam agama-agama itu belum membantu untuk mengetahui dan mengungkap apa sesungguhnya bahasa, serta bagaimana manusia memulai penggunaan bahasa.

Dalam pandangan beberapa aliran agama, sebut saja aliran kepercayaan yang dianut masyarakat Baduy di daerah Banten Selatan (Provinsi Banten), diyakini bahwa nenek moyang mereka adalah cikal bakal manusia di dunia dan bahasa yang digunakan oleh nenek moyang mereka itu adalah bahasa Sunda seperti yang mereka gunakan saat sekarang.

Pandangan lain tentang asal mula bahasa ini didasarkan pada konsep bunyi-bunyi alam. Salah seorang filsuf Yunani yang bemama Socrates, menyatakan bahwa onomatopea atau peniruam bunyi-bunyi alam merupakan dasar asal mula bahasa dan merupakan alasan mengapa nama “yang benar” dapat ditemukan untuk benda-benda yang dapat menghasilkan bunyi. Menurut pandangan ini, kata-kata yang paling sederhana dapat merupakan tiruan bunyi alam yang didengar manusia dan lingkungannya.

Sejalah dengan pandangan Socrates, Max Mueller (1825-1900) seorang bangsa Jerman mengemukakan Dingdong Theory atau Nativistic Theory yang meyakini bahwa bahasa timbul secara alamiah karena manusia mempunyai insting yang istimewa untuk mengeluarkan ekspresi ujaran bagi setiap pesan yang datang dari luar termasuk dalam meniru bunyi-bunyi alam.

Teori lain yang disebut Teori Bow-bow atau Echoic Theory menjelaskan bahwa bahasa manusia merupakan tiruan bahasa alam, misalnya suara halilintar, kicauan burung, bunyi hujan, bunyi gesekan daun, dan bunyi-bunyi lainnya akan merupakan sumber bahasa.

Teori-teori yang dikemakakan Socrates, Max Mueller, dan Teori Bow-bow ternyata mendapat banyak kritik, karena teori-teori tersebut tidak dapat membuktikan semua ‘kata’ dapat dihubungkan dengan bunyi-bunyi alam.

Suara yang sama seringkali ditafsirkan secara berbeda-beda oleh orang-orang yang berlainan, misalnya dalam menirukan suara kokok ayam jantan, orang Jawa menyebutnya “kukuruyuk”, orang Sunda menyebut kongkorongok’, orang Prancis dan Spanyol menyebut “cocorico”, orang Cina menyebut “wang-wang”, sedangkan orang Inggris menyebut “cock a doodle do”.

Teori yang lain adalah Teori Interjeksi (Interjection Theory) atau Teori Pooh-pooh yang berpandangan bahwa bahasa manusia berasal dari dorongan dan ungkapan emosi, misalnya rasa sakit, takut, senang, marah, atau sedih. Menurut teori ini, bunyi “ha… ha…” timbul karena dorongan rasa gembira, bunyi “uuh. .“ timbul karena rasa sakit, bunyi “wow…” muncul karena rasa kaget.

Pada abad ke-19, Darwin menyodorkan hipotesis bahwa bahasa lahir karena menirukan isyarat-isyarat yang dilakukan anggota tubuh yang lain. Menurut teori ini pula bahwa isyarat fisik dapat menjadi cara untuk menunjukkan serangkaian makna.

Selain teori-teori sebagaimana dijelaskan di atas, masih ada teori lain mengenai asal mula bahasa dengan fokus pada aspek-aspek fisik manusia yang tidak dimiliki oleh makhluk lain

C. Pengertian Bahasa

Bahasa dibentuk oleh kaidah aturan serta pola yang tidak boleh dilanggar agar tidak menyebabkan gangguan pada komunikasi yang terjadi. Kaidah, aturan dan pola-pola yang dibentuk mencakup tata bunyi, tata bentuk dan tata kalimat. Agar komunikasi yang dilakukan berjalan lancar dengan baik, penerima dan pengirim bahasa harus harus menguasai bahasanya.

Bahasa adalah sistem lambang bunyi ujaran yang digunakan untuk berkomunikasi oleh masyarakat pemakainya. Bahasa yang baik berkembang berdasarkan suatu sistem, yaitu seperangkat aturan yang dipatuhi oleh pemakainya. Bahasa sendiri berfungsi sebagai sarana komunikasi serta sebagai sarana integrasi dan adaptasi.

Berikut ini adalah pengertian dan definisi bahasa menurut para ahli:
Menurut Wittgenstein, bahasa merupakan bentuk pemikiran yang dapat dipahami, berhubungan dengan realitas, dan memiliki bentuk dan struktur yang logis
Ferdinand De Saussure, bahasa adalah ciri pembeda yang paling menonjol karena dengan bahasa setiap kelompok sosial merasa dirinya sebagai kesatuan yang berbeda dari kelompok yang lain
Plato, bahasa pada dasarnya adalah pernyataan pikiran seseorang dengan perantaraan onomata (nama benda atau sesuatu) dan rhemata (ucapan) yang merupakan cermin dari ide seseorang dalam arus udara lewat mulut.
Carrol, bahasa adalah sebuah sistem berstruktural mengenai bunyi dan urutan bunyi bahasa yang sifatnya manasuka, yang digunakan, atau yang dapat digunakan dalam komunikasi antar individu oleh sekelompok manusia dan yang secara agak tuntas memberi nama kepada benda-benda, peristiwa-peristiwa, dan proses-proses dalam lingkungan hidup manusia.

Sehingga dari uraian diatas, dapat disimpulkan bahasa adalah alat untuk berinteraksi atau alat untuk berkomunikasi, dalam arti alat untuk menyampaikan pikiran, gagasan, konsep atau perasaan.

D. Karakteristik Bahasa

Berikut ini adalah karakteristik bahasa, yaitu:

1.Bahasa bersifat abritrer artinya hubungan antara lambang dengan yang dilambangkan tidak bersifat wajib, bisa berubah dan tidak dapat dijelaskan mengapa lambang tersebut mengonsepi makna tertentu.

Contohnya: secara kongkret, alasan “kuda” melambangkan ‘sejenis binatang berkaki empat yang bisa dikendarai’ adalah tidak bisa dijelaskan.

2. Bahasa bersifat produktif artinya dengan sejumlah besar unsur yang terbatas, namun dapat dibuat satuan-satuan ujaran yang hampir tidak terbatas.

Contohnya: menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia susunan WJS. Purwadarminta bahasa Indonesia hanya mempunyai kurang lebih 23.000 kosa kata, tetapi dengan 23.000 buah kata tersebut dapat dibuat jutaan kalimat yang tidak terbatas.

3. Bahasa Bersifat Dinamis berarti bahwa bahasa itu tidak lepas dari berbagai kemungkinan perubahan sewaktu-waktu dapat terjadi.

Contohnya: perubahan itu dapat terjadi pada tataran apa saja: fonologis, morfologis, sintaksis, semantic dan leksikon. Pada setiap waktu mungkin saja terdapat kosakata baru yang muncul, tetapi juga ada kosakata lama yang tenggelam, tidak digunakan lagi.

4.Bahasa Bersifat Beragam artinya bahasa mempunyai kaidah atau pola tertentu yang sama, namun karena bahasa itu digunakan oleh penutur yang heterogen yang mempunyai latar belakang sosial dan kebiasaan yang berbeda, maka bahasa itu menjadi beragam, baik dalam tataran fonologis, morfologis, sintaksis maupun pada tataran leksikon.

Contohnya: Bahasa Jawa yang digunakan di Surabaya berbeda dengan yang digunakan di Yogyakarta. Begitu juga bahasa Arab yang digunakan di Mesir berbeda dengan yang digunakan di Arab Saudi.

5.Bahasa bersifat manusiawi yaitu Bahasa sebagai alat komunikasi verbal, hanya dimiliki manusia. Hewan tidak mempunyai bahasa. Yang dimiliki hewan sebagai alat komunikasi, yang berupa bunyi atau gerak isyarat, tidak bersifat produktif dan dinamis. Manusia dalam menguasai bahasa bukanlah secara instingtif atau naluriah, tetapi dengan cara belajar. Hewan tidak mampu untuk mempelajari bahasa manusia, oleh karena itu dikatakan bahwa bahasa itu bersifat manusiawi.

E. Hubungan Ilmu dan Bahasa

Bahasa adalah medium tanpa batas yang membawa segala sesuatu mampu termuat dalam lapangan pemahaman manusia. Dan bahasa adalah media manusia berpikir secara abstrak yang memungkinkan objek-objek ditransformasikan menjadi simbol-simbol abstrak. Dengan adanya transformasi ini maka manusia dapat berpikir mengenai tentang sebuah objek, meskipun objek itu tidak terinderakan saat proses berpikir itu dilakukan olehnya (Surya Sumantri, 1998).

Terkait dengan hal di atas, dikatakan sebenarnya manusia dapat berpikir tanpa menggunakan bahasa, tetapi dengan ilmu menjadikan bahasa memudahkan dalam kemampuan belajar dan mengingat, memecahkan persoalan dan menarik kesimpulan. Dengan ilmu, bahasa mampu mengabstraksikan pengalamannya dan mengkomunikasikannya pada orang lain karena bahasa merupakan sistem lambang yang tidak terbatas yang mampu mengungkapkan segala pemikiran.

Sebagaimana dikemukakan oleh Kempen (tokoh psikolingustik) yang menjelaskan studi mengenai manusia sebagai pemakai bahasa yang berhubungan dengan ilmu, yaitu mengenai sistem-sistem bahasa yang ada pada manusia yang dapat menjelaskan cara manusia dapat menangkap ide-ide orang lain dan bagaimana ia dapat mengekspresikan ide-idenya sendiri melalui bahasa, baik secara tertulis ataupun secara lisan.

Ilmu dan bahasa berhubungan antara kebutuhan-kebutuhan kita untuk berekspresi dan berkomunikasi dan benda-benda yang ditawarkan kepada kita melalui bahasa yang kita pelajari. Manusia hanya akan dapat berkata dan memahami satu dengan lainnya dalam kata-kata yang terbahasakan. Orientasi inilah yang selanjutnya mempengaruhi bagaimana manusia berpikir dan berkata.

Contoh dalam perilaku manusia yang tampak dalam hubungan ilmu dan bahasa adalah perilaku manusia ketika berbicara dan menulis atau ketika dia memproduksi bahasa, sedangkan prilaku yang tidak tampak adalah perilaku manusia ketika memahami yang disimak atau dibaca sehingga menjadi sesuatu yang dimilikinya atau memproses sesuatu yang akan diucapkan atau ditulisnya.

Ilmu dan bahasa merupakan dua hal yang tidak terpisahkan. Bahasa berperan penting dalam upaya pengembangan dan penyebarluasan ilmu. Setiap penelitian ilmiah tidak dapat dilaksanakan tanpa menggunakan bahasa, matematika (sarana berpikir deduktif) dan statistika (sarana berpikir induktif) sebagai sarana berpikir (Sarwono, 2006: 13). Upaya-upaya penyebarluasan ilmu juga tidak mungkin dilaksanakan tanpa bahasa sebagai media komunikasi. Setiap forum ilmiah pasti menggunakan bahasa sebagai sarana utama. Aktivitas-aktivitas yang diarahkan untuk memahami, mengeksplorasi, dan mendiskusikan konsep-konsep ilmu tidak dapat diselenggarakan tanpa melibatkan bahasa sebagai sarana.

F. Peran Bahasa Dalam Ilmu

Peran bahasa dalam ilmu erat hubungannya dengan aspek fungsional bahasa sebagai media berpikir dan media komunikasi. Sehubungan dengan itu, pembahasan tentang permasalahan ini akan disoroti dalam dua bagian:

1. Hubungan Bahasa dan Pikiran

Berpikir merupakan aktivitas mental yang tersembunyi, yang bisa disadari hanya oleh orang yang melakukan aktivitas itu. Dengan kemampuan berpikirnya, manusia bisa membahas obyek-obyek dan peristiwa-peristiwa yang tidak berada atau sedang berlangsung disekitarnya. Kemampuan berpikir juga kadang-kadang dapat digunakan untuk memecahkan masalah tanpa mencoba berbagai alternatif solusi secara langsung (nyata).

Peran penting bahasa dalam inovasi ilmu terungkap jelas dari fungsi bahasa sebagai media berpikir. Melalui kegiatan berpikir, manusia memperoleh dan mengembangkan ilmu pengetahuan dengan cara menghimpun dan memanipulasi ilmu dan pengetahuan melalui aktivitas mengingat, menganalisis, memahami, menilai, menalar, dan membayangkan. Selama melakukan aktivitas berpikir, bahasa berperan sebagai simbol-simbol (representasi mental) yang dibutuhkan untuk memikirkan hal-hal yang abstrak dan tidak diperoleh melalui penginderaan. Setiap kali seseorang sedang memikirkan seekor harimau, misalnya, dia tidak perlu menghadirkan seekor harimau dihadapannya. Makalah-makalah yang relevan, yang berfungsi sebagai representasi mental tentang harimau, sudah dapat membantunya untuk memikirkan hewan itu. Cassirer (dalam Suriasumantri, 1990: 71) mengatakan manusia adalah Animal symbolicum, mahluk yang menggunakan simbol, yang secara generik mempunyai cakupan lebih luas dari homo sapiens, mahluk yang berpikir. Tanpa kemampuan menggunakan simbol ini, kemampuan berpikir secara sistmatis dan teratur tidak dapat dilakukan.

Bahasa memang tidak selalu identik dengan berpikir. Jika seseorang ditanya apa yang sedang dipikirkannya, dia akan menggambarkan pikirannya melalui bahasa.meskipun pikirannya tidak berbentuk simbol-simbol linguistik ketika dia ditanya, dia pasti mengungkapkan pikiran itu dalam bentuk simbol-simbol linguistik agar proses komunikasi dengan penanya berjalan dengan baik. Namun, meskipun bahasa tidak identik dengan berpikir, berpikir tidak dapat dilakukan tanpa bahasa. Bahkan, karakteristik bahasa yang dimiliki seseorang akan menentukan objek apa saja yang dapat dipikirkannya. Berbagai filsuf menyatakan bahwa suku-suku primitif tidak dapat memikirkan hal-hal yang‘canggih’ bukan karena mereka tidak dapat berpikir, tetapi karena bahasa mereka tidakdapat memfasilitasi mereka untuk melakukannya (Miller, 1983: 176). Kenyataan ini terungkap jelas dalam diri mahasiswa yang sedang belajar di luar negeri. Dia akan berhasil menyelesaikan studinya hanya jika dia menguasai bahasa yang digunakan dalam proses pembelajaran. Mengingat betapa pentingnya peran bahasa dalam proses ini, tidaklah berlebihan bila Tomasello (1999) menegaskan bahwa bahasa adalah fungsi kognisi tertinggi dan tidak dimiliki oleh hewan.

2. Bahasa Sebagai Media Komunikasi

Komunikasi merupakan salah satu jantung pengembangan ilmu. Setiap ilmu dapat berkembang jika temuan-temuan dalam ilmu itu disebarluaskan (dipublikasikan) melalui tindakan berkomunikasi. Temuan-temuan itu kemudian didiskusikan, diteliti ulang, dikembangkan, disintetiskan, diterapkan atau diperbaharui oleh ilmuwan lainnya. Hasil-hasil diskusi, sintetis, penelitian ulang, penerapan, dan pengembangan itu kemudian dipublikasikan lagi untuk ditindaklanjuti oleh ilmuwan lainnya. Selama dalam proses penelitian, perumusan, dan publikasi temuan-temuan tersebut, bahasa memainkan peran sentral, karena segala aktivitas tersebut menggunakan bahasa sebagai media.

Dalam penelitian dan komunikasi ilmiah, setiap ilmuwan perlu mengembangkan dan memahami bahasa (terutama jargon-jargon akademis dan terminologi khusus) yangdigunakan dalam bidang yang ditekuni. Tanpa bahasa yang mereka pahami bersama, kesalahpahaman akan sulit dihindari dan mereka tidak dapat bersinergi untuk mengembangkan ilmu.

BAB III
KESIMPULAN

Berdasarkan pembahasan pada makalah ini, penulis dapat menyimpulkan bahwa:
  1. Ilmu adalah seluruh usaha sadar untuk menyelidiki, menemukan, dan meningkatkan pemahaman manusia dari berbagai segi kenyataan dalam alam manusia. Segi-segi ini dibatasi agar dihasilkan rumusan-rumusan yang pasti. Ilmu memberikan kepastian dengan membatasi lingkup pandangannya, dan kepastian ilmu-ilmu diperoleh dari keterbatasannya.
  2. Upaya manusia yang pertama kali dalam menelusuni asal mula bahasa lebih bernuansa mitos karena tidak berdasar pada fakta dan teori yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.
  3. Bahasa sebagai alat komunikasi bagi manusia memiliki keteraturan. Keteraturan bahasa ini dapat dipelajarai dalam ilmu bahasa atau linguistik.
  4. Karakteristik bahasa, yaitu bahasa bersifat abritrer, produktif, dinamis, beragam dan manusiawi.
  5. Ilmu dan bahasa merupakan dua hal yang tidak terpisahkan. Bahasa berperan penting dalam upaya pengembangan dan penyebarluasan ilmu. Sehingga ilmu tanpa bahasa tidak berkembang, bahasa tanpa ilmu tidak beraturan.
  6. Ilmu dan bahasa saling besinergi, bahasa sebagai alat untuk mengembangkan ilmu dan ilmu dapat menunjang perkembangan bahasa.

Sumber:
Caray. Asal Mula Bahasa.http://makalahdanskripsi.blogspot.com/2010/03/asal-mula-bahasa.html. Diakses tanggal 20 November 2012.

_____. Sejarah Perkembangan Bahasa.http://makalahdanskripsi.blogspot.com/2009/04/sejarah-perkembangan-bahasa.html. Diakses tanggal 20 November 2012.

_____. 2011. Hubungan Ilmu Dengan Bahasa.http://fullcoloursaboutenis.blogspot.com/2011/06/hubungan-ilmu-dengan-bahasa.html. Diakses tanggal 20 November 2012.

Ekaningtyas, Diah. 2011 Apa Itu Ilmu dan Apa Definisi Ilmu.http://diahtyas8.wordpress.com/2011/03/10/apa-itu-ilmu-dan-apa-definisi-ilmu/ Diakses tanggal 15 November 2012.

Hutasoit’s, Nella. 2012. Pengertian bahasa.http://nellahutasoit.wordpress.com/2012/04/22/pengertian-bahasa/. Diakses tanggal 20 November 2012.

Indahf. Pengertian dan Definisi Bahasa Menurut Para Ahli.http://carapedia.com/pengertian_definisi_bahasa_menurut_para_ahli_info494.html. Diakses tanggal 20 November 2012.

Rahmat, Jalaludin. 2005. Psikologi Komunikasi. Bandung: Rosda Karya.

Sarwono, Jonathan. 2006. Metode Penelitian Quantitatif dan Kualitatif. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Scribd. Apa Itu Bahasa. http://id.scribd.com/doc/46744017/APA-ITU-BAHASA. Diakses tanggal 20 November 2012.

Suriasumantri, Jujun S. 1990. Filsafat Ilmu. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.

Kwary, Deny A. Gambaran Umum Ilmu Bahasa (Linguistik). http:www.kwary.net/Linguistics/Gambaran%20 Umum %20 Ilmu%20 Bahasa.doc. Diakses tanggal 20 November 2012.

Wikipedia. Ilmu. http://id.wikipedia.org/wiki/ilmu. Diakses tanggal 20 November2012

Dikutip dari: https://pramithasari27.wordpress.com/2012/11/26/filsafat-ilmu-dan-bahasa/


0 komentar:

Posting Komentar